Ketika rumah kaca bertemu dengan desalinasi air laut: "Tomat Nol-karbon" tumbuh di Gurun Timur Tengah

Di gurun Jeddah, Arab Saudi, sebuah rumah kaca multi-span sepenuhnya tertutup memproduksi tomat dengan output harian 3 ton - di sini tidak ada irigasi air tanah, tidak ada pendinginan suhu udara, dan satu-satunya sumber air adalah air laut.
Sistem terpadu "rumah kaca + desalinasi air laut" yang dikembangkan di Tiongkok membuktikan melalui inovasi teknologi bahwa batas akhir pertanian bukanlah iklim dan sumber daya, tetapi imajinasi.

Bagaimana cara menanam sayuran dengan air laut?

Desalinasi air laut: Menggunakan energi surya untuk menggerakkan membran osmosis terbalik, air asin dipurnifikasi menjadi air tawar yang dapat digunakan langsung untuk irigasi, dengan konsentrasi garam kurang dari 500ppm.
Sirkulasi air tertutup: Limbah irigasi disterilkan dengan cahaya ultraviolet dan kemudian didaur ulang kembali ke rak budidaya. Setiap tetes air digunakan kembali lebih dari lima kali.
Pembangkitan energi dari panas limbah: Panas limbah yang dihasilkan dari desalinasi air laut menggerakkan pompa panas sumber tanah, mengurangi biaya pemanasan musim dingin sebesar 70%.
Pemanfaatan sumber daya garam: Mengkonsentrasikan air asin untuk mengekstrak pupuk potas dan mengembalikannya ke tanah, mencapai "pemanfaatan penuh garam".

Desain tahan badai pasir: membran dua lapis yang dapat dikempiskan ditutupi dengan jaring penghalau angin, produksi dilanjutkan 48 jam setelah invasi pasir dan debu.
Budidaya tahan suhu tinggi: Dengan suhu konstan 25℃ di dalam rumah kaca, akar tomat masih dapat menyerap nutrisi secara efisien pada lingkungan permukaan 45℃.
Kapasitas operasi off-grid: Proyek di Arab Saudi sepenuhnya ditenagai oleh energi surya. Selama badai, sistem penyimpanan energi dapat beroperasi selama 72 jam.

Dari "membakar uang untuk menanam sayuran" hingga "menghasilkan uang dengan menanam sayuran", greenhouses modular sedang mengubah gurun menjadi basis buah dan sayuran.